Search

Sejak Dibatasi, Pesan Berantai Whatsapp Berkurang 70 persen - Republika Online

Pesan berantai Whatsapp sengaja dibatasi untuk cegah hoaks.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembatasan pesan diteruskan (forward) di aplikasi Whatsapp berhasil menekan pesan berantai hingga 70 persen. Pada awal April, aplikasi pesan itu membatasi jumlah pesan forward menjadi hanya satu kali guna mengantisipasi penyebaran hoaks Covid-19.

"Sejak menerapkan pembatasan ini, secara global jumlah pesan yang diteruskan di WhatsApp berkurang 70 persen. Perubahan ini membantu menjaga WhatsApp sebagai tempat percakapan pribadi," kata seorang juru bicara, dilansir Business Insider, Senin (27/4).

Media sosial seperti halnya Whatsapp memang menjadi lahan empuk bagi penyebaran teori konspirasi dan berita hoaks tentang virus Covid-19. Karenanya Whatsapp menilai upaya pembatasan itu efektif mencegah penyebaran berita tak bertanggung jawab di tengah krisis.

Sebelum dibatasi, pengguna bisa meneruskan pesan bahkan hingga 5 kali secara sekaligus.

"Setelah dibatasi, pengguna jadi harus meneruskan pesan secara manual. Kami berhasil memperlambat penyebaran berita bohong," kata juru bicara.

Ini bukan pertama kalinya WhatsApp membuat perubahan untuk membantu memperlambat penyebaran informasi bohong. Pada tahun 2018, Whatsapp juga mulai memberi label pada pesan yang diteruskan untuk memberi tahu pengguna bahwa itu adalah pesan "forward".

Whatsapp juga mempromosikan penggunaan chatbot untuk memberikan informasi terverifikasi tentang pandemi Covid-19. Lembaga resmi seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI juga memanfaatkan layanan chatbot Whatsapp.

Let's block ads! (Why?)



Teknologi - Terbaru - Google Berita
April 28, 2020 at 03:45AM
https://ift.tt/3cMuijw

Sejak Dibatasi, Pesan Berantai Whatsapp Berkurang 70 persen - Republika Online
Teknologi - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/2ZG5aJj

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sejak Dibatasi, Pesan Berantai Whatsapp Berkurang 70 persen - Republika Online"

Post a Comment


Powered by Blogger.